Ada ironi di sebagian besar laki-laki dewasa. Di satu sisi mereka sering tidak menunggu pasangannya sampai orgasme (puncak kenikmatan seksual, khususnya dialami pada akhir sanggama) pada hubungan seksual.
Sebaliknya, kalau istri meminta agar bisa orgasme tidak sedikit suami yang marah-marah. Bahkan, bisa terjadi kekerasan baik secara fisik dan verbal.
Seorang perempuan yang curhat mengatakan dia dicaci-maki suaminya jika menggerak-gerakkan badannya untuk mencapai orgasme ketika sanggama: ”Kayak pelacur!” Itulah bentakan yang diterimanya.
Padahal, orgasme pada perempuan bukan hanya dipengaruhi oleh rentang waktu hubungan seksual, tapi kondisi emosi ketika sanggama serta foreplay (rangsangan sebelum sanggama).
Sanggama tanpa foreplay merupakan siksaan bagi perempuan karena secara psikologis mereka belum siap ’tempur’. Celakanya, banyak laki-laki yang tidak bisa melakukan foreplaykarena berbagai alasan: tidak bisa bersikap romantis, tidak tahan lama, mudah ejakulasi, arogan, dll.
Beda hasrat seks pada laki-laki dan perempuan adalah: laki-laki selalu mau tapi tidak selalu bisa karena setelah ejakulasi sebagian besar laki-laki tidak bisa ereksi lagi para rentang waktu tertentu, sedangkan perempuan selalu bisa tapi tidak selalu mau.
Salah satu faktor yang dikabarkan bisa mendorong perempuan orgasme ketika sanggama adalah rangsangan pada tempat-tempat tertentu di dinding dalam vagina atau di luar vagina.
Di dalam vagina ada titik euforia yang disebut G-spot yaitu sebagai titik yang bisa mendorong perempuan orgasme ketika sanggama.
G-spot berasal dari nama seorang ginekolog Jerman, Ernst Graefenberg, yang pertama kali mengetahui hal itu di tahun 1950. Menurut dia titik itu merupakan tempat yang sangat tinggi sensivitasnya di dalam vagina ketika terjadi rangsangan akan memberikan orgasme yang luar biasa pada perempuan.
Namun, letak G-spot terus diperdebatkan kalangan ahli. Terakhir ada ilmuwan AS yang mengatakan bahwa dia sudah menemukan letak G-spot yaitu di dinding depan dalam vagina. Tapi, ini pun menuai kritik.
Yang jelas orgasme merupakan hak perempuan dalam sanggama yang aman dari penyakit dan tekanan pisik dan psikis serta verbal dan nonverbal.
Di bagian luar vagina ada titik yang bisa merangsang yaitu klitoris (KBBI: daging atau gumpal jaringan kecil yg terdapat pada ujung atas lubang kemaluan perempuan; kelentit) yaitu bagian yang menonjol di luar vagina berbentuk segi tiga. Ini pusat rangsangan sebelum dan selama sanggama. Sebelum sanggama dirangsang dengan rabaan dan gesekan penis, sedangkan selama sanggama gesekan penis akan menyentuh klitoris.
Meski sering kali memicu perdebatan terkait letak keberadaannya, berikut adalah beberapa fakta mengenai G-spot yang perlu kamu ketahui, antara lain:
1. Bagian dari Klitoris
Awalnya, banyak orang yang berpendapat bahwa G-spot merupakan bagian atau anatomi tersendiri pada area vagina perempuan. Namun, faktanya G-spot bukanlah sebuah anatomi yang berbeda. Dilansir dari Healthline, faktanya G-spot merupakan bagian dari jaringan klitoris seorang wanita. Artinya, ketika seseorang merangsang G-spot, maka orang tersebut sebenarnya tengah merangsang bagian klitoris yang jauh lebih besar daripada yang diyakini selama ini.
Nah, penting untuk diketahui bahwa wilayah G-spot dapat bervariasi pada setiap wanita. Inilah alasan mengapa sering kali “kunci” tersebut sulit untuk ditemukan. Namun, setelah dirangsang, maka G-spot akan memicu terjadinya ejakulasi pada wanita dan membantu wanita untuk mencapai orgasme.
2. Bisa Dicari dengan Jari
Menemukan letak Grafenberg Spot bisa jadi sulit, karena letaknya akan berbeda pada setiap wanita. Jika kamu mengalami kesulitan untuk menemukan letak G-spot pada wanita, cobalah untuk membuatnya tenang atau rileks. Ketika suasana atau mood sudah terbentuk, mulailah untuk memijat area vaginanya.
Selanjutnya, masukkan satu atau dua jarimu secara perlahan dengan menggerakan atas bawah dan keluar masuk. Selain menggunakan jari, kamu juga dapat menggunakan sex toy untuk mencarinya. Namun, hal yang perlu ditegaskan, pastikan bahwa pasangan merasa nyaman dan menyetujui penggunaannya.
3. Tidak Semua Wanita dapat Terangsang oleh G-spot
Faktanya, tidak semua wanita dapat menemukan kepuasan melalui rangsangan pada G spot. Hal ini sebenarnya normal dan bukanlah masalah. Sebab, tidak semua wanita terbiasa untuk mengeksplorasi dirinya dengan rangsangan pada titik tersebut. Maka dari itu, komunikasi tentunya masih menjadi kunci penting dalam berhubungan seks dengan pasanganmu. Pastikan untuk saling memberitahu pasangan apa saja hal yang kalian “nikmati” ketika sedang bermain cinta.
4. Terdapat Beberapa Posisi Seks yang Cocok untuk G-Spot
Jika kamu berharap pasanganmu untuk merasakan stimulasi G-spot selama berhubungan seks, ada posisi seks tertentu yang dapat memicu stimulasi tersebut secara efektif. Nah, berikut adalah beberapa posisi tersebut, yaitu:
Mintalah pasangan wanita untuk berbaring telentang lalu naik ke atasnya dengan posisi mengangkang. Posisi tersebut memungkinkanmu untuk mengontrol penuh ritme, kedalaman, dan sudut penetrasi sehingga dapat membantu stimulasi G-spot. Alih-alih membuat gerakan ke atas dan ke bawah, cobalah untuk bergerak maju mundur untuk merangsang area titik tersebut pada dinding vagina bagian dalam.
- 2. Doggy Style
Selain posisi cowgirl, doggy style juga merupakan cara yang dinilai efektif untuk mencapai penetrasi yang lebih dalam saat berhubungan seks. Selama penetrasi dengan gaya tersebut, mintalah pasangan untuk bersandar pada lengan bawah atau mendorong pinggul ke belakang sampai dirinya menemukan posisi yang paling sesuai.
Nah, itulah penjelasan mengenai fakta seputar G-Spot yang perlu kamu ketahui. Mulai dari menjadi bagian dari klitoris, hingga beberapa posisi bercinta yang dapat menghasilkan stimulasi G-spot secara efektif.
Namun, di beberapa komunitas ada kebiasaan yang mengharuskan perempuan memotong ujung klitoris. Jika ujung yang dipotong besar, maka klitoris tidak lagi peka terhadap rangsangan. Karena pemahaman yang tidak komprehensif terkait dengan pemotongan klitoris itu sebagai budaya atau kepercayaan, maka bisa terjadi klitoris dipotong banyak bahkan bisa rata dengan permukaan vagina.
Belakangan ada advokasi untuk menghentikan pemotongan klitoris. Kalau pun dipotong hanya sebagai persyaratan dengan menyayat saja. Sayang, hal ini dibenturkan dengan agama yang juga tidak menyaratkan pemotongan klitoris secara eksplisit.
Kendati demikian, tidak semua wanita akan mengalami kepuasan oleh rangsangan titik mujarab tersebut. Maka, pastikan untuk senantiasa saling mengetahui dan terbuka mengenai apa yang pasangan dan dirimu sukai. Selain itu, pastikan untuk mempraktekan hubungan seksual yang sehat dan tidak berisiko.
Semua terpulang kepada laki-laki (yang ’kesatria’): Apakah tega hanya menikmati sanggama dengan ejakulasi sendiri dengan mengabaikan hak pasangan untuk orgasme?