Micropenis adalah kondisi ketika penis memiliki ukuran lebih kecil dari normal. Kondisi ini biasanya sudah dapat dideteksi sejak bayi atau anak-anak. Meski begitu, micropenis tergolong sangat jarang terjadi, tepatnya hanya terjadi pada 0,6 persen pria di dunia.
Pria dengan micropenis tetap memiliki bentuk dan penampilan penis yang normal. Jadi, perbedaannya hanya pada ukuran. Namun, micropenis terkadang juga dikaitkan dengan jumlah sperma yang lebih rendah, sehingga tingkat kesuburan bisa jadi lebih rendah.
Tanda-Tanda Micropenis
Untuk mendiagnosis micropenis, penis diukur saat sedang tidak ereksi atau tegang. Saat diukur, penis harus ditarik ke depan dan dihitung panjangnya mulai dari pangkal batang penis sampai ke bagian ujung.
Berikut adalah kriteria micropenis berdasarkan usia:
- Pria dewasa: panjang penis kurang dari 9,3 cm
- Anak-anak: panjang penis kurang dari 3,8 cm
- Bayi baru lahir: panjang penis kurang dari 1,9 cm
Berbagai Penyebab Micropenis
Micropenis bisa terjadi sendiri atau bersamaan dengan kelainan lain. Berikut adalah beberapa penyebab micropenis:
Gangguan hormon
Gangguan hormon merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya micropenis. Saat di dalam kandungan, tubuh bayi yang mengalami micropenis tidak memproduksi cukup banyak hormon androgen, terutama hormon testosteron. Kemungkinan lain, bayi dapat memproduksi hormon ini, tetapi tidak bisa meresponsnya dengan normal.
Gangguan hormon yang terjadi pada penderita micropenis umumnya disebabkan oleh hipogonadisme sekunder atau hipogonadisme hipogonadotropik (HH). Pada kondisi ini, kelenjar hipotalamus pada otak tidak dapat mengeluarkan cukup hormon yang berfungsi untuk memproduksi hormon androgen.
Paparan zat berbahaya
Studi mengungkapkan bahwa paparan janin terhadap zat berbahaya, seperti pestisida dan bahan kimia lainnya, bisa menjadi penyebab terjadinya micropenis dan kelainan kongenital lainnya.
Selain yang telah disebutkan di atas, micropenis juga bisa terjadi karena faktor keturunan. Tak hanya itu, micropenis umumnya juga bisa terjadi bersamaan dengan kelainan lain akibat kelainan kromosom, seperti sindrom insensitivitas androgen (AIS), sindrom Klinefelter, sindrom Turner, dan Down syndrome.
Cara Mengatasi Micropenis
Penanganan micropenis pada anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Berikut adalah penjelasan lengkap yang perlu Anda ketahui dalam mengatasi micropenis:
Terapi hormon
Pada dasarnya, micropenis akan lebih mudah jika diatasi sejak dini. Mengingat alat kelamin bayi maupun balita masih berkembang, pengobatan dengan terapi hormon dinilai dapat berpengaruh secara signifikan dalam mendukung pertumbuhan penis.
Terapi ini dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan penis yang normal. Saat terapi hormon, bayi atau anak akan diberikan suntikan testosteron atau gel/salep berisi testosteron yang langsung dioleskan pada pada alat kelamin.
Terapi ini paling efektif jika dilakukan pada anak di bawah 3 tahun, tetapi masih dapat bermanfaat bagi anak laki-laki di bawah 8 tahun.
Phalloplasty
Phalloplasty merupakan prosedur pembedahan yang lebih sering dilakukan pada pria usia remaja atau dewasa. Phalloplasty dilakukan untuk memodifikasi micropenis menjadi ukuran normal.
Meski begitu, perlu dipahami juga bahwa terkadang phalloplasty memiliki beberapa risiko efek samping, seperti disfungsi ereksi dan gangguan pada saluran kandung kemih.
Memiliki micropenis sering kali membuat pria dewasa merasa cemas dan hilang percaya diri, terutama saat sedang melakukan hubungan intim bersama pasangan. Dalam hal ini, bisa jadi dibutuhkan bantuan psikolog untuk memberikan konseling mengenai bagaimana seseorang melihat dirinya.
Sementara untuk memperbaiki masalah ukuran penis, pria dewasa disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter urologi. Bagi orang tua yang mencurigai anaknya mengalami micropenis, sebaiknya periksakan ke dokter anak agar dapat diketahui penyebabnya dan diberikan penanganan yang sesuai.